Salah satu penjelasan waktu piawai di India muncul pada abad ke-4 Masihi dalam buku astronomi Surya Siddhanta. Buku tersebut berdasarkan tanggapan bahawa bumi itu bulat serta mendefinisikan meridian utama (bujur sifar) sebagai garis yang melepasi Avanti, nama kuno bagi kota Ujjain yang bersejarah (23°10′58″LU, 75°46′38″BT), dan Rohitaka, nama lama bagi kota Rohtak (28°54′N, 76°38′E), sebuah kota berdekatan medan perang Kurukshetra.[4]

Terletak pada garis yang melewati tempat para setan berkumpul (katulistiwa dan 76° BT) dan gunung yang merupakan takhta para dewa (Kutub Utara), adalah Rohitaka dan Avanti...[5]

Para ahli astronomi kuna India menentukan awal hari berdasarkan terbitnya matahari pada meridian utama di Ujjain,[6] dan membagi hari kepada unit-unit yang lebih kecil sesuai dengan cara berikut ini: [7]

Waktu yang dapat diukur adalah waktu yang digunakan pada umumnya, dimulai dengan prāṇa (panjang suatu napas). Pala terdiri dari enam prāṇa, ghalikā terdiri dari 60 pala, dan nakṣatra ahórātra (satu hari penuh), terdiri dari 60 ghalikā. Satu nakṣatra māsa, atau satu bulan penuh, terdiri dari 30 hari.

Jika satu hari dibahagikan kepada 24 jam, maka prāṇa (atau satu kitaran respirasi), unit terkecil tersebut, sama dengan 4 saat, nilai yang konsisten dengan frekuensi pernafasan normal sebesar 15 nafas/minit yang digunakan dalam penelitian kedoktoran moden.[8] Surya Siddhanta juga menjelaskan suatu cara untuk menukar waktu setempat kepada waktu piawai Ujjain.[5] Meskipun begitu, waktu piawai Ujjain tidak lazim digunakan oleh orang-orang awam di luar bidang tersebut. Hampir sepanjang sebahagian besar sejarah India, kerajaan-kerajaan yang berkuasa menggunakan waktu setempat mereka yang biasanya ditentukan berdasarkan takwim Hindu yang menggabungkan unit bulan dan suria.[9] Sebagai contoh, balai cerap Jantar Mantar yang dibangun Maharaja Sawai Jai Singh di Jaipur pada tahun 1733 terdiri dari berbagai-bagai jam matahari yang tingginya mencapai 27 meter yang digunakan untuk menentukan waktu setempat dengan tepat.

Pada tahun 1792, Syarikat Hindia TimurBritish (BEIC) mendirikan balai cerap Madras di Chennai (dahulu bernama Madras) berkat usaha Michael Topping, seorang astronom dan pelaut British. Pada tahun 1802, John Goldingham yang dilantik sebagai ahli falak rasmi BEIC, menentukan garis bujur Madras ( 13°5′24″N, 80°18′30″E) sebagai sama dengan 5 jam 30 minit di hadapan Waktu Greenwich dan merupakan waktu piawai setempat. Peristiwa ini menandai penggunaan zon waktu tersebut untuk pertama kalinya, serta perubahan awal hari dari saat matahari terbit menjadi tengah malam. Jam di balai cerap terpasang kepada sebuah senjata yang ditembakkan pada jam 8 malam untuk mengumumkan bahwa IST berhasil "berjalan dengan baik".[10] Penentuan waktu untuk kepentingan pelayaran di Pelabuhan Bombay dilakukan balai cerap Colaba di Bombay yang didirikan pada tahun 1826.[11]

Sebahagian besar kota-kota di India mempertahankan waktu setempat mereka hingga beberapa tahun setelah diperkenalkannya kereta api pada tahun 1850-an, di mana perlunya sebuah zon waktu yang seragam menjadi penting. Waktu setempat di Bombay dan Kalikatar, sebagai pusat dua Presidensi India British terbesar, mempunyai kepentingan yang khusus, dan perlahan-lahan diadopsi oleh provinsi-provinsi dan negeri-negeri kepangeranan (princely state) di sekitarnya. Pada abad ke-19, jam disegerakkan menggunakan telegraf – jam yang dipakai kereta api, misalnya, disegerakkan melalui suatu isyarat waktu yang dikirim dari pejabat pusat atau pejabat wilayah pada waktu tertentu setiap hari.[12]

Pada tahun 1884, Persidangan Meridian Antarabangsa di Washington, DC menentukan zon waktu yang seragam di sepanjang dunia. India diputuskan mempunyai dua zon waktu, di mana Kalkuta menggunakan meridian timur ke-90 dan Bombay meridian 75°BT. Waktu Kalkuta ditetapkan sebagai 5 jam 30 minit 21 saat lebih cepat daripada GMT, sementara waktu Bombay ditetapkan sebagai 4 jam 51 minit lebih cepat dari GMT.[13] Pada akhir 1880-an, banyak syarikat kereta api mula menggunapakai waktu Madras (dikenal sebagai "waktu kereta api") sebagai waktu penengah antara kedua zon waktu di atas. zon waktu lain, waktu rata-rata Port Blair, diterapkan di Port Blair, ibu kota Kepulauan Andaman dan Nikobar di Teluk Benggala. Waktu rata-rata Port Blair ditetapkan sebagai 49 minit 51 saat lebih cepat daripada waktu Madras.[14]

India British tidak secara resmi mengadopsi zon waktu piawai hingga tahun 1905, saat meridian di sebelah timur Allahabad pada garis bujur 82,5° BT dipilih sebagai meridian pusat bagi India, dan satu zon waktu tunggal bagi seluruh India ditentukan. Hal ini mula berlaku pada 1 Januari 1906 dan juga diterapkan di Sri Lanka (pada ketika itu bernama Ceylon). Walaupun begitu, waktu Kalkuta masih resmi dipertahankan sebagai zon waktu terpisah hingga tahun 1948[12]

Pada tahun 1925, penyegerakkan waktu mula dikhabarkan melalui sistem telefon omnibus dan litar-litar kawalan kepada organisasi yang memerlukan waktu yang tepat. Hal ini berlangsung sehingga tahun 1940-an, ketika isyarat waktu mula disiarkan menggunakan radio oleh pemerintah.[12]

Setelah kemerdekaan pada tahun 1947, pemerintah India menetapkan IST sebagai waktu resmi bagi seluruh India, meskipun Kalkuta dan Bombay mempertahankan waktu setempat mereka selama beberapa tahun kemudian.[12] Balai Cerap Pusat dipindahkan dari Chennai ke sebuah tempat dekat Mirzapur agar dapat sedekat mungkin dengan UTC+5:30.

Ketika berlakunya Perang China-India pada tahun 1962, Perang-Perang India Pakistan tahun 1965 dan 1971, waktu musim panas digunakan untuk sementara waktu untuk mengurangkan konsumsi tenaga masyarakat.[1]